Fiction logo

Trapped In Dreamland

Misguided

By Harlia AmaliaPublished 13 days ago 3 min read

Itu adalah Minggu malam yang sangat lancar ketika saya mendapati diri saya berada dalam momen kesendirian yang jarang terjadi. Dunia di luar sepi, matahari baru saja terbenam di bawah cakrawala, meninggalkan langit yang dicat warna ungu dan merah muda. Saya memutuskan untuk datang lebih awal, karena berpikir istirahat malam yang baik akan menjadi cara sempurna untuk mempersiapkan minggu depan. Sedikit yang saya tahu, saya akan memulai perjalanan ke dunia Dreamland yang aneh dan misterius.

Begitu kepalaku menyentuh bantal, aku tertidur lelap. Hampir seketika, saya menemukan diri saya berada di tempat yang luar biasa. Itu adalah dunia yang berbeda dari dunia lain, penuh semangat dan nyata. Langit bagaikan kanvas warna-warni yang berputar-putar, dan udara dipenuhi denting lembut lonceng di kejauhan. Saya sedang berdiri di jalan setapak yang terbuat dari debu bintang yang berkilauan, menuju ke pemandangan yang sepertinya menantang logika.

Penasaran, saya mulai berjalan, kaki saya sedikit tenggelam ke tanah berkilauan di setiap langkah. Pepohonan di sekeliling saya tinggi dan megah, dedaunannya berkilauan bagaikan emas dalam cahaya lembut. Bunga-bunga dengan berbagai warna berjejer di sepanjang jalan, kelopaknya membuka dan menutup dalam tarian yang lembut dan berirama. Semuanya terasa hidup, berdenyut dengan energi yang tenang.

Saat saya menjelajah lebih jauh, saya menemukan serangkaian pulau terapung, masing-masing dihubungkan oleh jembatan halus yang terbuat dari cahaya pelangi. Di salah satu pulau ini, saya melihat sekelompok makhluk yang tampak seperti persilangan antara kelinci dan kupu-kupu, sayapnya berkibar-kibar sambil melompat-lompat sambil bercanda. Mereka menyambutku dengan paduan kicauan merdu, mata mereka berbinar-binar rasa ingin tahu dan ramah.

Aku hanya bisa tersenyum, merasakan perasaan takjub dan gembira seperti anak kecil. Saya melanjutkan perjalanan, melintasi jembatan dan menjelajahi pulau-pulau yang ada disana. Masing-masing memiliki daya tarik tersendiri: yang satu tertutup awan lembut dan halus yang terasa seperti berjalan di atas permen kapas, yang lain adalah rumah bagi air terjun raksasa berkilau yang mengalir ke kolam sebening kristal di bawahnya.

Saat saya menjelajahi dunia yang mempesona ini, saya menyadari bahwa saya tidak sendirian. Pemimpi lain juga sedang menjelajah, wajah mereka berseri-seri dengan rasa kagum dan gembira yang sama seperti yang saya rasakan. Kami saling tersenyum dan mengangguk, memahami tanpa kata-kata bahwa kami semua berbagi pengalaman luar biasa ini.

Akhirnya, saya menemukan sebuah istana megah yang seluruhnya terbuat dari kaca. Itu berkilauan dalam cahaya mimpi, memancarkan pantulan prismatik ke segala arah. Penasaran, saya melangkah masuk dan menemukan diri saya berada di aula luas yang dipenuhi bola cahaya mengambang. Setiap bola berisi pemandangan yang berbeda, seperti dunia kecil tersendiri. Saya menyaksikan dengan terpesona ketika mereka melayang-layang, beberapa menggambarkan pemandangan yang tenang, yang lain menggambarkan kota yang ramai atau pantai yang tenang.

Satu bola khususnya menarik perhatian saya. Itu menunjukkan ruangan yang nyaman dan diterangi matahari dengan tempat tidur yang tampak nyaman. Aku merasakan tarikan yang tidak bisa dijelaskan ke arahnya, seolah-olah dia memanggilku. Saya mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, dan dalam sekejap, saya diselimuti cahaya yang hangat dan menenangkan.

Ketika cahaya memudar, aku mendapati diriku kembali ke tempat tidurku sendiri, sinar matahari pagi masuk melalui jendela. Saya duduk, berkedip dalam kecerahan, pikiran saya masih tertuju pada perjalanan luar biasa yang baru saja saya alami. Rasanya begitu nyata, begitu jelas, namun aku tahu itu semua hanya mimpi.

Saat saya bangun dan memulai hari saya, mau tidak mau saya merasakan rasa syukur atas petualangan ajaib yang saya alami di Alam Impian. Itu adalah pengingat akan kreativitas dan keajaiban tak terbatas yang mampu dilakukan oleh pikiran kita, bahkan ketika kita sedang tertidur lelap. Dan siapa yang tahu? Mungkin suatu hari nanti, saya akan menemukan diri saya kembali di jalur debu bintang, siap menjelajahi dunia mimpi yang mempesona sekali lagi.

Short StoryFantasyAdventure

About the Creator

Harlia Amalia

Enjoyed the story?
Support the Creator.

Subscribe for free to receive all their stories in your feed. You could also pledge your support or give them a one-off tip, letting them know you appreciate their work.

Subscribe For Free

Reader insights

Be the first to share your insights about this piece.

How does it work?

Add your insights

Comments

There are no comments for this story

Be the first to respond and start the conversation.

    Harlia AmaliaWritten by Harlia Amalia

    Find us on social media

    Miscellaneous links

    • Explore
    • Contact
    • Privacy Policy
    • Terms of Use
    • Support

    © 2024 Creatd, Inc. All Rights Reserved.